Phoenix OS adalah salah satu kustomisasi Android dari banyak pengembang Android. Berbeda dari yang lain, PhoenixOS ini difokuskan untuk perangkat desktop maupun laptop. Phoenix OS berjalan diatas arsitektur x86 atau x64, tergantung dari jenis prosesor yang kamu gunakan. Selain Phoenix OS, Perusahaan Chaozhuo Technology ini juga memproduksi alat konsol Game yang mereka namai Phoenix One. Phoenix OS juga hadir untuk perangkat ARM, tapi disini admin hanya fokus untuk membahas Phoenix OS untuk perangkat desktop maupun laptop.
Sebelum mereview Phoenix OS ini, admin akan memberikan tutorial pemasangan Phoenix OS ini.
Pada saat pertama kali mulai, secara defaultnya bahasa yang digunakan adalah bahasa China. Kekurangannya disini, kamu hanya bisa mengubah bahasanya ke bahasa Inggris saja. Dan pastikan kamu juga mengatur input bahasa di pengaturan keyboard, karena defaultnya bahasa yang digunakan adalah bahasa China.
Untuk performa, Phoenix OS ini masih bisa diandalkan untuk bermain game, tergantung juga kamu menggunakan prosesor apa. Admin disini menggunakan prosesor AMD A8-6410 dengan kartu grafis AMD Radeon R5 yang performa untuk Phoenix OS ini masih bisa dibilang cukup walau tidak terlalu ngebut. Admin tidak tahu kenapa, pada saat menggunakan aplikasi didalam Phoenix OS ini, terkadang muncul pemberitahuan aplikasi tidak merespon, yang anehnya aplikasi tersebut terlihat biasa biasa aja, tidak hang, tidak blank, intinya seperti aplikasi yang berjalan sepeti biasa.
Walau begitu, untuk urusan multi-tasking, Phoenix OS ini bagus. Jika kamu liat dari tangkapan layar, admin sedang bermain Boom beach dan membuka instagram, aplikasi tersebut tidak ada yang reload saat admin berpindah ke aplikasi yang lain. Gimana PUBG, Mobile Legend? Hmmm, admin gak ada mouse :v jadi tidak bisa.
Untuk software, Phoenix OS ini berjalan diatas Android 7.1 Nougat dengan kustomisasi dari Phoenix, yang masih lebih unggul dibandingkan Desktop Android lainnya seperti Remix OS yang masih menggunakan Android 6.0 Marshmellow.
Bloatware di Phoenix OS juga tidak terlalu banyak, seperti kamera, file manager, browser, jam, rekorder, galeri. Phoenix OS juga terpasang aplikasi iklan yang bisa kamu hapus jika tidak diinginkan. Dan yang paling saya tidak suka disini adalah Google Play Service-nya susah untuk di perbarui, jadi kamu harus memasangnya dengan manual.
Gimana untuk urasan multimedia?. Karena berjalan di sistem operasi Android, urusan multimedia semakin mudah dengan adanya Google Play Store. Kalian bisa langsung menggunakan dan berlangganan aplikasi seperti Youtube, Netflix, IFlix, VIU, MaxStream, Spotify, Google Play Music, Joox dan layanan lainnya.
Tidak hanya itu, ratusan aplikasi VPN dari Google Play Store berjalan dengan sempurna di Phoenix OS, walaupun terkadang VPN kamu mengalamai time out. Untuk mengatasinya kalian tinggal pergi ke setelan VPN lalu ubah mode koneksi dari OpenVPN ke yang lain.
Admin tidak akan menguji Phoenix OS menggunakan 3D Mark ataupun Antutu Benchmark, karena setiap laptop pasti berbeda, dan tidak mungkin menguji satu persatu.
Review nya sampai disini saja ya, kalau ada pertanyaan atau masalah kalian bisa tulis di kolom komentar.
Terima kasih sudah mengunjungi blog ini dan Semoga bermanfaat :)
Sebelum mereview Phoenix OS ini, admin akan memberikan tutorial pemasangan Phoenix OS ini.
- Kamu siapkan Installer Phoenix OS.
- Siapkan drive atau partisi yang akan digunakan untuk memasang Phoenix OS, minimal 10 GB untuk Phoenix OS dengan pilihan 8 GB. Admin disini menggunakan partisi dengan ruang kosong 18-20 GB untuk pilihan 16 GB. Kalau tidak mau ribet, silahkan pilih partisi selain partisi yang terpasang OS utama kamu.
- Buka installer Phoenix OS lalu pilih partisi.
- Pilih ukuran data Phoenix OS, jika kamu adalah seorang gamer, admin sarankan kamu untuk memilih partisi dengan ukuran 32 GB.
- Klik install dan tunggu, ini akan memakan waktu 30-60 menit tergantung kalian memilih ukuran data tadi.
- Jika sudah terpasang kalian bisa klik Reboot Now atau bisa meng-klik Start Phoenix OS yang ada di desktop kamu.
Pada saat pertama kali mulai, secara defaultnya bahasa yang digunakan adalah bahasa China. Kekurangannya disini, kamu hanya bisa mengubah bahasanya ke bahasa Inggris saja. Dan pastikan kamu juga mengatur input bahasa di pengaturan keyboard, karena defaultnya bahasa yang digunakan adalah bahasa China.
Untuk performa, Phoenix OS ini masih bisa diandalkan untuk bermain game, tergantung juga kamu menggunakan prosesor apa. Admin disini menggunakan prosesor AMD A8-6410 dengan kartu grafis AMD Radeon R5 yang performa untuk Phoenix OS ini masih bisa dibilang cukup walau tidak terlalu ngebut. Admin tidak tahu kenapa, pada saat menggunakan aplikasi didalam Phoenix OS ini, terkadang muncul pemberitahuan aplikasi tidak merespon, yang anehnya aplikasi tersebut terlihat biasa biasa aja, tidak hang, tidak blank, intinya seperti aplikasi yang berjalan sepeti biasa.
Walau begitu, untuk urusan multi-tasking, Phoenix OS ini bagus. Jika kamu liat dari tangkapan layar, admin sedang bermain Boom beach dan membuka instagram, aplikasi tersebut tidak ada yang reload saat admin berpindah ke aplikasi yang lain. Gimana PUBG, Mobile Legend? Hmmm, admin gak ada mouse :v jadi tidak bisa.
Untuk software, Phoenix OS ini berjalan diatas Android 7.1 Nougat dengan kustomisasi dari Phoenix, yang masih lebih unggul dibandingkan Desktop Android lainnya seperti Remix OS yang masih menggunakan Android 6.0 Marshmellow.
Bloatware di Phoenix OS juga tidak terlalu banyak, seperti kamera, file manager, browser, jam, rekorder, galeri. Phoenix OS juga terpasang aplikasi iklan yang bisa kamu hapus jika tidak diinginkan. Dan yang paling saya tidak suka disini adalah Google Play Service-nya susah untuk di perbarui, jadi kamu harus memasangnya dengan manual.
Gimana untuk urasan multimedia?. Karena berjalan di sistem operasi Android, urusan multimedia semakin mudah dengan adanya Google Play Store. Kalian bisa langsung menggunakan dan berlangganan aplikasi seperti Youtube, Netflix, IFlix, VIU, MaxStream, Spotify, Google Play Music, Joox dan layanan lainnya.
Admin tidak akan menguji Phoenix OS menggunakan 3D Mark ataupun Antutu Benchmark, karena setiap laptop pasti berbeda, dan tidak mungkin menguji satu persatu.
Review nya sampai disini saja ya, kalau ada pertanyaan atau masalah kalian bisa tulis di kolom komentar.
Terima kasih sudah mengunjungi blog ini dan Semoga bermanfaat :)